PENGELOLAAN KULITAS AIR
PENGELOLAAN KULITAS AIR
Air merupakan media bagi kegiatan pembudidayaan ikan, dengan
demikian air merupakan hal yang paling pertama diperhatikan dalam kegiatan pembudidayaan
ikan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas. Air yang dapat digunakan sebagai
budidaya ikan harus mempunyai standar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan
persyaratan hidup ikan. Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan harus
dipelajari agar ikan sebagai organisme air dapat dibudidayakan sesuai kebutuhan
manusia sebagai sumber bahan pangan yang bergizi dan relatif harganya murah.
Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan tumbuhan tingkat
rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air tersebut dapat
digunakan untuk budidaya ikan.
Pengolaan air merupakan
hal yang mutlak harus dilakukan dalam kegiatan budidaya ikan, karena hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan yang kita
budidayakan. Guna bias mengelola air maka kita terlebih dahulu harus mengetahui
sifat dari air tersebut.
1.
SIFAT
FISIK
a.
Kepadatan (density/berat jenis)
Pada
suhu 4 oC-(3,95oC ) air murni mempunyai kepadatan
yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC
kepadatan/berat jenisnya akan turun, demikian juga kalau suhunyan lebih rendah
dari 4oC. Sifat air yang demikian itu, maka akan terjadi
pelapisan-pelapisan suhu air pada danau atau perairan dalam, yaitu pada lapisan
dalam suatu perairan suhu air makin rendah dibanding pada permukaan air.
Akan tetapi bila air membeku jadi es, es tersebut akan terapung. Akibat dari
sifat tersebut akan menimbulkan pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan
tersebut, baik secara vertikal maupun horizontal. Pada perairan yang oligotrof
(cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak membawa
keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral yang datang
dari tempat lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di absorbsi
oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah terutama
aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada danau-danau,
sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal ini
disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun dari
dasar perairan akan naik kepermukaan air.
b.
Kekentalan ( Viscosity )
Molekul-molekul
air mempunyai daya saling tarik menarik, kalau daya saling tarik menarik
tersebut mengalami gangguan karena adanya benda yang bergerak dalam air seperti
benda tenggelam, maka akan timbul gesekan-gesekan yang disebut dengan “gesekan
intern dalam air“/ Viscosity. Menurut kesepakatan para ahli fisika, pada suhu 0oC,
kekentalan air murni mempunyai nilai yang terbesar, dan ditandai dengan angka
100. Makinmnaik suhunya, makin berkurang kekentalannya. Setiap kenaikan suhu 1oC
terjadi penurunan viscosity 2%, hingga pada suhu 25oC viscositas
turun menjadi setengahnya dari nilai viscosity pada suhu 0oC.
Viscosity ini akan berpengaruh terhadap proses pengendapan jasad renik
(plankton), zat-zat dan benda-benda yang melayang didalam air.
c.
Tegangan Permukaan
Molekul-molekul
air mempunyai daya saling tarik menarik terhadap molekul-molekul yang ada.
Dalam fase cair daya tarik menarik masih sedemikian besarnya, sehingga
molekul-molekul zat cair masih mempunyai daya “Kohesi “. Daya tarik menarik
molekul air ini terjadi kesegala penjuru, sedang dipermukaan hanya terjadi gaya
tarik menarik kesamping dan kedalam saja dan sifat itu yang menyebabkan
timbulnya tegangan permukaan. Akibat adanya tegangan permukaan, maka binatang
dan tumbuhan yang ringan, seperti kimbung akar dapat berjalan diatas permukaan
air, ada juga plankton yang menggantung dibawah permukaan air.
d.
Suhu Air
Air
sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak mengalami
fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air
lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan
volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada
perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada
perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau
fluktuasi suhu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah
maka perlu adanya penyebaran suhu.
Suhu
air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam
perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan
berubahnya semua proses didalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu
air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa peningkatan 10oC suhu perairan mengakibatkan meningkatnya
konsumsi oksigen oleh organism kuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga
kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal
bagi organism air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan
suhu mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC) . Pada
perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya
akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu
permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya.
Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
1)
Lapisan epilimnion yaitu lapisan
sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32oC
menjadi 28oC).
2)
Lapisan kedua disebut dengan lapisan
termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari
28oC menjadi 21oC ).
3)
Lapisan ketiga disebut lapisan
hipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu
sangat kecil relatif konstan.
Stratifikasi
suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari kedalam kolom air
yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang
kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang
tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan
kegiatan budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu
untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budidaya ikan diperlukan suatu alat
bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air. Berdasarkan hasil
penelitian suhu air sangat berpengaruh terhadap respon ikan dalam mengkonsumsi
pakan yang diberikan selama berlangsung kegiatan budidaya. Respon tersebut
dapat dilihat pada Tabel 3.1 Tabel 3.1. Pengaruh suhu air terhadap respon konsumsi
pakan pada ikan Suhu air (oC) Respon konsumsi pakan Kondisi kritis
minimal Tidak ada respon terhadap pemberian pakan Pemberian pakan berkurang 50%
optimum Pemberian pakan optimum 50% optimum Pemberian pakan berkurang Tidak
respon terhadap pemberian pakan Kondisi kritis minimal Sumber : Tucker and
Hargreaves (2004)
e.
Kecerahan dan kekeruhan air
Kecerahan
dan kekeruhan air dalam suatu perairan dipengaruhi oleh jumlah cahaya matahari
yang masuk kedalam perairan atau disebut juga dengan intensitas cahaya
matahari. Cahaya matahari didalam air berfungsi terutama untuk kegiatan
asimilasi fito/tanaman didalam air,. Oleh karena itu daya tembus cahaya kedalam
air sangat menentukan tingkat kesuburan air. Dengan diketahuinya intensitas
cahaya pada berbagai kedalaman tertentu, kita dapat mengetahui sampai dimanakah
masih ada kemungkinan terjadinya proses asimilasi didalam air. Masuknya cahaya
matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity). Sedangkan
kekeruhan menggambarkan tentang sifat optic yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
didalam perairan.
Definisi
yang sangat mudah adalah kekeruhan merupakan banyaknya zat yang tersuspensi
pada suatu perairan. Hal ini menyebabkan hamburan dan absorbsi cahaya yang
datang sehingga kekeruhan menyebabkan terhalangnya cahaya yang menembus air.
Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh Benda-benda halus yang
disuspensikan (seperti lumpur sb), Jasad-jasad renik yang merupakan plankton
dan Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun
tumbuhan yang terektrak) Faktor-faktor ini dapat menimbulkan warna dalam air.
Pengukuran kekeruhan suatu perairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat
yang disebut dengan Jackson Candler Turbidimeter dengan satuan unit turbiditas
setara dengan 1 mg/l SiO2. Satu unit turbiditas Jackson Candler Turbidimeter
dinyatakan dengan satuan 1 JTU (Jackson Turbidity Unit). Air yang dapat
digunakan untuk budidaya ikan selain harus jernih tetapi tetap terdapat
plankton. Air yang sangat keruh tidak dapat digunakan untuk kegiatan budidayan
ikan, karena air yang keruh dapat menyebabkan Rendahnya kemampuan daya ikat oksigen, Berkurangnya batas pandang ikan, Selera makan
ikan berkurang, sehingga efisiensi pakan rendah, dan Ikan sulit bernafas karena
insangnya tertutup oleh partikelpartikel lumpur
f.
Salinitas
Salinitas
adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian
salinitas yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada
suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang
padatan total didalam air setelah menjadi oksida, semua bromida dan
iodida digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.
Pengertian salinitas yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang
terdapat dalam 1000 gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air
laut pada umumnya adalah Na, Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada
air laut, KNO3 dan lainlain. Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan
menggunakan alat yang disebut dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan
untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil
(o/oo). Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt,
perairan payau biasanya berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar
antara 30–35 ppt.
2.
SIFAT
KIMIA
a.
Oksigen
Semua
makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting
bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan
oksigen agar prosesmetabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang
dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen terlarut. Oksigen terlarut adalah
oksigen dalam bentuk terlarut didalam air karena ikan tidak dapat mengambil
oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara. Satuan pengukuran
oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut
dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million).
Air mengandung oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air
itu sendiri, beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air
yaitu:
1)
Diffusi oksigen dari udara ke dalam
air melalui permukannya, yang terjadi karena adanya gerakan molekul-molekul
udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan dengan molekul air sehingga
O2 terikat didalam air.
2)
Diperairan umum, pemasukan oksigen
ke dalam air terjadi karena air yang masuk sudah mengandung oksigen, kecuali
itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air yang mampu mendorong
terjadinya proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.
3)
Hujan yang jatuh,secara tidak
langsung akan meningkatkan O2 di dalam air, pertama suhu airakan turun,
sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air
bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air akan mampu meningkatkan O2 di
dalam air.
4)
4. Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan.
Tanaman air yang seluruh batangnya ada didalam air di waktu
siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air.
Sedangkan pada malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam air.
Menurut
Brown (1987) peningkatan suhu 1o C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar
10%. Hubungan antara oksigen terlarut dan suhu dapat dilihat pada Tabel 3.2.
yang menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin
berkurang. Kadar oksigen terlarut dalam suatu wadah budidaya ikan sebaiknya
berkisar antara 7 – 9 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut ini sangat menentukan
dalam akuakultur. Kadar oksigen terlarut dalam wadah budidaya ikan dapat
ditentukan dengan dua cara yaitu dengan cara titrasi atau dengan menggunakan
alat ukur yang disebut dengan DO meter (Dissolved Oxygen).
b.
Karbondioksida
Karbondioksida
merupakan salah satu parameter kimia yang sangat menentukan dalam kegiatan
budidaya ikan. Karbondioksida yang dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah
karbondioksida dalam bentuk gas yang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang
peranan sebagai unsur makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil,
baik tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat tinggi. Sumber gas CO2
didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-binatang air dan
tumbuhtumbuhan serta pembakaran bahan organik didalam air oleh jasad renik.
Bagian air yang banyak mengandung CO2 adalah didasar perairan, karena ditempat
itu terjadi proses pembakaran bahan organik yang cukup banyak. Untuk kegiatan
asimilasi bagi tumbuh-tumbuhan, jumlah CO2 harus cukup, tetapi bila jumlah CO2
melampaui batas akan kritis bagi kehidupan binatang binatang air. Pengaruh CO2
yang terlalu banyak tidak saja terhadap perubahan pH air, tetapi juga bersifat
racun. Dengan meningkatnya CO2, maka O2 dalam air juga ikut menurun. Kadar CO2
yang bebas didalam air tidak boleh mencapai batas yang mematikan (lethal), pada
kadar 20 ppm sudah merupakan racun bagi ikan dan mematikan ikan jika kelarutan
oksigen didalam air kurang dari 5 ppm (5 mg/l). CO2 yang digunakan oleh
organism dalam air, mula-mula adalah CO2 bebas, bila yang bebas sudah habis,
air akan melepaskan CO2 yang terikat dalam bentuk Calsiumbikarbonat maupun
Magnesium bikarbonat. Air yang banyak mengandung persediaan Calsium atau
Magnesium bikarbonat dalam jumlah yang cukup, mempunyai kapasitas produksi yang
baik.
c.
pH Air
pH
(singkatan dari “ puisance negative de H “ ), yaitu logaritma negatif dari
kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh
besar terhadap kehidupan organism perairan, sehingga pH perairan dipakai
sebagai salah satu untuk menyatakan baik buruknya sesuatu perairan. Pada
perairan perkolaman pH air mempunyai arti yang cukup penting untuk mendeteksi
potensi produktifitas kolam. Air yang agak basa, dapat mendorong proses
pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat
diasimilasikan oleh tumbuhtumbuhan (garam amonia dan nitrat). Pada perairan
yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka mineral dalam air tidak
akan ditemukan. Andaikata kedalam kolam itu kemudian kita bubuhkan bahan
organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dsb dengan cukup, tetapi kurang
mengandung garam-garam bikarbonat yang dapat melepaskan kationnya, maka
mineral-mineral yang mungkin terlepas juga tidak akan lama berada didalam air
itu. Untuk menciptakan lingkungan air yang bagus, pH air itu sendiri harus
mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa seperti sepat
siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus )
dan ikan gabus dapat hidup pada lingkunganmpH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan
pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada
pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2. Klasifikasi nilai pH dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu : Netral : pH = 7 Alkalis (basa) : 7 < pH
< 14 Asam : 0 < pH < 7.
d.
Bahan Organik dan garam mineral dalam air
Mineral
merupakan salah satu unsure kimia yang selalu ada dalam suatu perairan,
beberapa jenis mineral antara lain adalah Kalsium (Ca), Pospor (P), Magnesium
(Mg), Potassium (K), Sodium (Na), Sulphur (S), zat besi (Fe), Tembaga (Cu),
Mangan (Mn), Seng (Zn), Florin (F), Yodium (I) dan Nikel (Ni). Diperairan umum
mineral yang diperlukan oleh phytoplakton senantiasa diperoleh dari
pembongkaran bahan-bahan organik sisa dari tumbuhan dan binatang yang sudah
mati. Di alam mineral tersebut berasal dari air yang masuk, atau adanya
penambahan pupuk buatan. Pembongkaran bahan organik dilakukan oleh jasad renik
yang terdapat didalam air. Pada menghendaki perairan yang pHnya 7 sedikit
mendekati basa. Pembongkaran bahan organik ada yang dilakukan secara anaerob
(tidak memerlukan oksigen). Proses pembongkaran itu juga dipengaruhi oleh suhu
air. Bahan organik yang larut didalam air belum dapat dimanfaatkan oleh
binatang air secara langsung.
Bahan-bahan
organik yang mengendap di dasar perairan yang dangkal dapat dimakan secara
langsung oleh berbagai macam binatang benthos (binatang yang hidup didasar
perairan) seperti siput vivipar javanica, cacing tubifex, larva chironomaus dan
sebagainya. Bagian-bagian dari pada lumpur organik demikian yang tidak dapat
dicernakan, menyisa sebagai detritus di dasar perairan. Jumlah bahan organik
yang terdapat dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai salah satu indikator
banyak tidaknya mineral yang dapat dibongkar kelak. Bila suasana perairan
anaerob, maka protein-protein yang menang mengandung belerang dapat dibongkar
oleh bakteri anaerob (diantaranya adalah Bakterium vulgare). Hasil pembongkaran
tersebut adalah gas hidrogen sulfide (H2S) dan ditandai bau busuk, air berwarna
kehitaman.
e.
Nitrogen
Nitrogen
didalam perairan dapat berupa nitrogen organik dan nitrogen anorganik. Nitrogen
anorganik dapat berupa ammonia (NH3), ammonium (NH4), Nitrit (NO2), Nitrat
(NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Sedangkan nitrogen organic
adalah nitrogen yang berasal bahan berupa protein, asam amino dan urea. Bahan
organik yang berasal dari binatang yang telah mati akan mengalami pembusukan
mineral yang terlepas dan utama adalah garam-garam nitrogen (berasal dari asam
amino penyusun protein). Proses pembusukan tadi mula-mula terbentuk amoniak
(NH3) sebagai hasil perombakan asam amino oleh berbagai jenis bakteri aerob dan
anaerob. Pembongkaran itu akan menghasilkan suatu gas CO2 bebas, menurut
persamaan reaksinya adalah: R. CH.NH2. COOH +O2 R. COOH + NH3 + CO2 Berdasarkan
reaksi kimia tersebut dapat diperlihatkan bahwa kolam yang dipupuk dengan pupuk
kandang/hijau yang masih baru dalam jumlah banyak dan langsung ditebarkan benih
ikan kedalam kolam, biasanya akan terjadi mortalitas yang tinggi pada ikan
karena kebanyakan gas CO2 . Bila keadaan perairan semakin buruk, sehingga O2
dalam air sampai habis, maka secara perlahan proses pembongkaran bahan organik
akan diambil oleh bakteri lain yang terkenal ialah Nitrosomonas menjadi
senyawa nitrit. Reaksi tersebut sebagai berikut: 2NH3 + 3O2 2HNO2 + H2O.
f.
Alkalinitas dan kesadahan
Alkalinitas
menggambarkan jumlah basa (alkali) yang terkandung dalam air, sedangkan
alkalinitas total adalah konsentrasi total dari basa yang terkandung dalam air
yang dinyatakan dalam ppm setara dengan kalsium karbonat. Total alkalinitas
biasanya selalu dikaitkan dengan pH karena pH air ini akan menunjukkan apakah
suatu perairan itu asam atau basa. Alkalinitas juga disebut dengan Daya
Menggabung Asam (DMA) atau buffer/penyangga suatu perairan yang dapat
menunjukkan kesuburan suatu perairan tersebut. Sedangkan kesadahan
menggambarkan kandungan Ca, Mg dan ion-ion yang terlarut dalam air. Berdasarkan
Effendi (2000) Nilai alkalinitas berkaitan jenis perairan yaitu perairan dengan
nilai alkalinitas kurang dari sebagai perairan lunak (Soft water),
sedangkan perairan yang nilai alkalinatasnya lebih dari 40 mg/l CaCO3 disebut
sebagai perairan keras (Hard water). Perairan dengan nilai alkalinitas
yang tinggi lebih produkstif daripada dengan perairan yang nilai alkalinitasnya
rendah.
3.
SIFAT
BIOLOGI
Parameter
biologi dari kualitas air yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan
budidaya ikan adalah tentang kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai
organisme air yang hidup di perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami
bagi ikan budidaya. Kajian secara detail dari ketiga aspek tersebut akan
dibahas pada Bab 6. Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan
zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang
akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan
tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama
mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan
lingkungan hidupnya.
SEMOGA BERMANFAAT
Komentar
Posting Komentar